Ugly, dari Mindset dan Proporsi.

Kata Ugly Architecture yang dilihat dari bagaimana cara kita memandang dan dibandingkan dengan proporsi. Bagaimana kita melihat sebuah ugliness menjadi sesuatu yang baik. Biasanya kita memandang sebuah ‘keburukan’ karena memang berada di luar keseharian kita.

Ugly architecture bila dikaitkan oleh mindset dan proportion yang kami ambil adalah contoh kasus yang sederhana, yaitu ruang perkuliahan pada saat proses belajar mengajar. Yang ada pada mindset kita biasanya kita duduk satu arah, berbaris menghadap papan tulis. Klasik. Tapi disitulah keteraturan berada, yang akhirnya menjadi kebiasaan kita, dan menjadi standar acuan ‘kebaikan’. Namun bagaimana bila sebuah ruang terbalik, diluar dari keseharian kita?

Image

contoh foto kelas yang sudah di terbalikan.

Disinilah kami mencoba membuat contoh foto ruang belajar yang diterbalikan, diluar dari mindset kita. Lalu dibandingkan dengan proporsi lainnya, hingga ambiguitas lainnya tercipta. Lalu bagaimana bila diterapkan di hal lainnya, seperti rumah dengan ceiling dibawah, atau dengan ruang menonton TV yang TV-nya kita putar 90º ke kanan, agar saat kita tiduran di sofa dapat menonton TV sesuai arah tidur kita? Cukup mudah dan sederhana. Apakah itu ugly architecture?

Image

ruang kelas yang belum di intervensi.

Saat Presentasi, kami mencoba melakukan hal yang berbeda, namun diterapkan didalam ruangan kelas sebagai contohnya. Yaitu kata ugly dalam fungsinya. Sebuah ruangan kelas yang rapi dengan kursinya yang rapi tertata, dinding-dindingnya yang bersih, kami sulap menjadi sebuah ruangan yang kumuh. Dengan mengintervensi dinding-dinding yang bersih tadi, dengan pamflet-pamflet iklan, seperti dijalanan.

Image

contoh pamflet yang coba kami letakkan di ruang kelas.

Image

ruang kelas yang sudah di intervensi.

Dengan melakukan hal ini, saya ingin menunjukan sebuah ugly di kegagalan fungsi. Fungsin pamlfet, serta fungsi ruang kelas. Lucunya, hal yang terjadi adalah ruang kelas menjadi tidak seperti semestinya. Terlihat kumuh, tidak teratur, dan kotor. Padahal hanya sebuah intervensi kecil yang diberikan didalamnya.

Bagaimana ugly itu sendiri dipandang? Bisa terlihat dari mindset dan sebuah fungsi yang biasanya terjadi, namun kali ini kita salah gunakan, dan akhirnya terlihat buruk. Kemudian, bagaimana bila lingkup ruang kelas tadi kita besarkan, menjadi sebuah jurusan, fakultas, universitas, hingga ke tata kotanya yang di intervensi dengan kertas pamflet yang diletakkan tidak semestinya? Akhirnya, akan terlihat sangat buruk, dan berdampak cukup besar.

Image

dosen dan fasilitator yang terlihat pusing dengan kelakuan kami.

Image

dosen yang sedang tertawa mengajar dikelas yang sudah di intervensi kami.

Menurut kami, ugly, tergantung dimana kita memandang, meletakkan, dan kebergunaannya. Yang dilihat dari mindset dan proporsi masing-masing kita, subjek, dan objeknya.

 

Kelompok:

Harishazka Fauzan bin Mutakhir

Kurniawan Adi Chandra aka Bang Cen

Satria Putra Pamungkas Al-Inwan

Posted in Uncategorized | Leave a comment